Minggu, 30 Juli 2017

MAKALAH TEBU 2017

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Tanaman tebu (Saccharum officinarum L) adalah satu anggota familia rumput-rumputan (Graminae) yang merupakan tanaman asli tropika basah, namun masih dapat tumbuh baik dan berkembang di daerah subtropika, pada berbagai jenis tanah dari daratan rendah hingga ketinggian 1.400 m diatas permukaan laut (dpl).
Asal mula tanaman tebu sampai saat ini belum didapatkan kepastiaanya, dari mana asal muasal tanaman tebu. Namun sebagian besar para ahli yang memang berkompeten dalam hal ini, berasumsi bahwa tanaman tebu ini berasal dari Papua New Guinea. Pada 8000 SM, tanaman ini menyebar ke Kep. Solomon dan Kaledonia Baru. Ekspansi tanaman ini ke arah timur Papua New Guinea berlangsung pada 6000 SM, dimana tebu mulai menyebar ke Indonesia, Filipina dan India.
            Memperhatikan potensi tebu yang sedemikian tinggi tersebut, sangatlah disayangkan dan rugi apabila kita hanya memfokuskan pada satu hasil gulanya saja, padahal kita bisa mendapatkan banyak manfaat sebagai hasil co-product. Sebagai gambaran komposisi rata-rata hasil samping industri gula di Indonesia menurut P3GI adalah : limbah cair 52,9%, blotong 3,5%, ampas 32,0%, tetes 4,5% dan gula 7,0% serta abu 0,1% .
Sehingga untuk memaksimalkan industri pengolahan berbasis tebu, pola klaster merupakan pilihan model yang tepat untuk pengembangan industri komoditi tersebut. Dalam pola ini seluruh stakeholder yang berkepentingan dan yang dapat mengambil manfaat dari tebu beserta turunannya bersinergi untuk memperkuat daya saing dan memperbesar nilai tambah sehingga mendapatkan hasil semaksimal mungkin.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Tanaman Tebu (Saccharum officinarum)
Tebu merupakan jenis tanaman perdu, yang termasuk dalam golongan rumput-rumputan dengan nama lain Saccharum officinarum. Tanah yang paling cocok untuk jenis tanaman perdu adalah daerah dataran yang tingginya kurang dari 500 meter di atas permukaan laut. Serta, mempunyai curah hujan tidak kurang dari 2000 mm per tahunnya. Lebih baik lagi kalau dipadu dengan keadaan iklim yang bergantian antara kemarau dan penghujan. Jadi tanah yang cocok untuk budidaya tanaman tebu adalah tanah yang memiliki sifat kering-kering basah.

B.     Perbanyakan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum)
Untuk mengembangbiakan tanaman tebu ada dua macam cara. yang pertama adalah cara generative, khusus untuk mencari bibit-bibit unggul yang nantinya bisa dipakai untuk mendapatkan jenis tebu baru yang mempunyai kadar gula lebih tinggi. Kemudian cara berikutnya ialah cara vegetative untuk mendapatkan bibit-bibit yang kita perlukan untuk ditanam.
•    Generative
Dengan cara mengawinkan bunga tebu secara silang, dan kemudian menanam biji dari hasil perkawinan silang tersebut. Perkawinan jenis unggul akan menghasilkan jenis tebu baru yang unggul.
•    Vegetative
Dilakukan dengan penyetekan. Caranya dengan mengumpulkan pucuk-pucuk pohon tebu kurang lebih 3-4 ruas, kemudian bdaun-daun yang menutupi ruas-ruas tersebut kita hilangkan. Karena pucuk ini biasanya masih tertutup daun dan masih agak muda, untuk menghilangkan atau mencegah adanya  hama yang nantinya menyerang, sebelum kita tanam kita harus member racun anti hama. Untuk bibit-bibit seperti ini sering dipakai trusi yang dioles-oleskan pada batang tebu yang akan ditanam sebagai bibit.
•    Bibit Stek Pucuk
Yang  dimaksudkan dengan bibit stek pucuk ini adalah bibit yamg kita ambil dari pucuk tebangan tebu. Panjang pucuk yang kita ambil itu kurang lebih 3 ruas. Kemudian buang daun-daun yang menempel pada ruas-ruas tersebut. Biasanya  dari bibit-bibit macam ini akan didapat dua atau tiga mata.
Setelah kita mendapatkan bibit-bibit yang kita perlukan, maka cara penanamannya haruslah ditidurkan dengan sedikit menimbuninya dengan tanah, sedangkan letak tunas harus disusun disebelah kiri dan kanan.
Sebelum kita meletakan bibit-bibit ini, kita telah siap membuat lubang (cemplong), dan lubang-lubang ini sebelum ditanami bibit terlebih dahulu harus diklantang/dikeringkan dengan maksud supaya tanah menjadi masak/ndayung. Hal itu penting untuk menmghilangkan /mengurangi keasaman. Tebu akan tumbuh dengan baik apabila tanah tidak terlalu asam atau pH nya antara 6,4 ke atas.
Bila lubang/cemplongan situ telah berumput, maka harus dibersihkan atau disiangi. Tanah dari guludan mulai kita turunkan keddalam lubang tanaman yang sudah kita beri sedikit air. Lubang itu dalamnya lebih kurang 35 cm. setelah sehari semalam barulah bibit kita tanam.
•    Bibit Rayungan
Bibit rayungan adalah bibit tebu yang telah tumbuh. Sedangkan untuk bibit-bibit yang telah tumbuh ini yang paling baik adalah bibit-bbibit yang yang bermata 2 dan 3. Kemudian bila ada bibit yang matanya hanya satu, maka sebaiknya di  sampingnya haruslah kita tambah lagi dengan bibit bermata 1 atau 2.

C.    Syarat Tumbuh Tanaman Tebu (Saccharum officinarum)
Syarat Tumbuh Tebu (Saccarum officinarum)Tebu termasuk jenis tanaman rumput yang kokoh dan kuat. Adapun syarat-syarat tumbuh tanaman tebu adalah: Tumbuh di daerah dataran rendah yang kering. Iklim panas yang lembab dengan suhu antara 25ºC-28ºC. Curah hujan kurang dari 100 mm/tahun.  Tanah tidak terlalu masam, pH diatas 6,4. Ketinggian kurang dari 500 m dpl.
Agar tanaman tebu mengandung kadar gula yang tinggi, harus diperhatikan musim tanamnya. Pada waktu masih muda tanaman tebu memerlukan banyak air dan ketika mulai tua memerlukan musim kemarau yang panjang. Daerah penghasil tebu terutama di Jawa, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Lampung, dan, NusaTenggara.

D.    Persiapan Bibit Tebu (Saccharum officinarum)
Bibit yang akan ditanam terdiri dari beberapa jenis, diantaranya bibit pucuk, bibit batang muda, bibit rayungan dan bibit siwilan.
a.      Bibit pucuk Bibit diambil dari bagian pucuk tebu yang akan digiling berumur 12 bulan. Jumlah mata (bakal tunas baru) yang diambil 2-3 sepanjang 20 cm. Daun kering yang membungkus batang tidak dibuang agar melindungi mata tebu. Biaya bibit lebih murah karena tidak memerlukan pembibitan, bibit mudah diangkut karena tidak mudah rusak, pertumbuhan bibit pucuk tidak memerlukan banyak air. Penggunaan bibit pucuk hanya dapat dilakukan jika kebun telah berporduksi.
b.      Bibit batang muda Dikenal pula dengan nama bibit mentah / bibit krecekan. Berasal dari tanaman berumur 5-7 bulan. Seluruh batang tebu dapat diambil dan dijadikan 3 stek. Setiap stek terdiri atas 2-3 mata tunas. Untuk mendapatkan bibit, tanaman dipotong, daun pembungkus batang tidak dibuang. Setiap hektar tanaman kebun bibit bagal dapat menghasilkan bibit untuk keperluan 10 hektar.
c.       Bibit rayungan (1 atau 2 tunas). Bibit diambil dari tanaman tebu khusus untuk pembibitan berupa stek yang tumbuh tunasnya tetapi akar belum keluar. Bibit ini dibuat dengan cara:
·         Melepas daun-daun agar pertumbuhan mata tunas tidak terhambat.
·         Batang tanaman tebu dipangkas 1 bulan sebelum bibit rayungan dipakai.
·         Tanaman tebu dipupuk sebanyak 50 kg/ha Bibit ini memerlukan banyak air dan pertumbuhannya lebih cepat daripada bibit bagal. 1 hektar tanaman kebun bibit rayungan dapat menghasilkan bibit untuk 10 hektar areal tebu. Kelemahan bibit rayungan adalah tunas sering rusak pada waktu pengangkutan dan tidak dapat disimpan lama seperti halnya bibit bagal.
·         Bibit siwilan. Bibit ini diambil dari tunas-tunas baru dari tanaman yang pucuknya sudah mati. Perawatan bibit siwilan sama dengan bibit rayungan.
·         Penentuan Komposisi Bibit secara Umum dikaitkan dengan Tingkat Kemasakannya, Masa Tanam, Iklim, Kondisi Lahan serta Lamanya Musim Giling.

E.     Persiapan Lahan Pada Tanaman Tebu (Saccharum officinarum)
Persiapan lahan merupakan kegiatan untuk mempersiapkan tanah tempat tumbuh tanaman tebu sehingga kondisi fisik dan kimia tanah sesuai dengan media perkembangan perakaran tanaman tebu. Kegiatan tersebut terdiri atas beberapa jenis yang dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kronologis.
Pada prinsipnya, persiapan lahan untuk tanaman baru (PC) dan tanaman bongkaran baru (RPC) adalah sama tetapi untuk PC kegiatan persiapan lahan tidak dapat dilaksanakan secara intensif. Hal tersebut disebabkan oleh tata letak petak kebun, topografi maupun struktur tanah pada areal yang baru dibuka masih belum sempurna, sehingga kegiatan mesin/peralatan di lapang sering terganggu. Pada areal tersebut masih terdapat sisa-sisa batang/perakaran yang dapat mengganggu operasional mesin di lapang. Petak dibuat dengan ukuran 200 m x 500 m (10 ha) yang dibatasi oleh jalan produksi dan jalan kebun.
Lahan yang bisa dikembangkan menjadi perkebunan tebu lahan kering berupa hutan primer dan sekunder, padang rumput atau padang alang-alang, semak belukar, lahan tegalan, sawah tadah hujan dan bekas perkebunan. Teknik pembukaan lahan maupun perlatan yang digunakan disesuaikan untuk masing-masing jenis lahan. Pada prinsipnya lapisan tanah bagian atas yang merupakan bagian tersubur harus dijaga agar jangan hilang tergusur atau terkikis oleh air hujan.
Karena kelangkaan tenaga kerja, sementara waktu tanam optimal pertanaman tebu di lahan kering adalah sempit, maka tenaga penarik untuk pengolahan tanah yang murah dan efektif adalah dengan menggunakan traktor. Tahap pertama pengolahan tanah menggunakan bajak untuk memotong dan membalik tanah, dan kemudian dilanjutkan dengan garu untuk menggemburkan tanah. Setelah tanah selesai diolah kemudian dibuat kairan (alur tanaman). Untuk mendapatkan hasil olahan tanah yang baik yaitu cukup dalam dan gembur, tanah harus dalam keadaan cukup air (tidak basah dan tidak terlalu kering). Berdasarkan hal ini maka saat yang tepat untuk mengolah tanah adalah segera setelah musim hujan selesai atau awal musim kemarau.
Adapun tahapan kegiatan pengolahan tanah secara umum adalah sebagai berikut :
a.       Pembajakan
Pembajakan atau pengolahan tanah dilaksanakan dengan 2 (dua) tahap kegiatan, yaitu ;
Ø  Pembajakan I
Bertujuan untuk membalik tanah serta memotong sisa – sisa kayu dan vegetasi awal yang masih tertinggal. Peralatan yang digunakan adalah Rome Harrow 20 disc dengan diameter 31 inci yang ditarik dengan Bulldozer 155 HP. Awal kegiatan pembajakan dimulai dari sisi petak paling kiri, kedalaman olah mencapai 25 – 30 cm dan kapasitas kerja mencapai 0,8 jam/ha sehingga untuk satu petak kebun (±10ha) dibutuhkan waktu 8 jam kerja (mesin operasi). Pembajakan dilakukan merata di seluruh areal dengan kedalaman diusahakan lebih dari 30 cm dan arah bajakan menyilang terhadap barisan tanaman tebu.
Ø  Pembajakan II
Dilaksanakan sekitar tiga minggu setelah pembajakan I dengan arah memotong tegak lurus hasil pembajakan I dan kedalaman olah minimal 25 cm. Peralatan yang digunakan adalah Disc Plow 3 – 4 disc diameter 28 inchi dan traktor 80 – 90 HP.
b.      Penggaruan
Penggaruan bertujuan untuk menghancurkan bongkahan – bongkahan tanah dan meratakan permukaan tanah. Penggaruan dilaksanakan merata pada seluruh areal dengan menggunakan alat Baldan Harrow yang ditarik oleh traktor 140 HP.
Pada areal RPC, tujuan penggaruan adalah untuk menghancurkan bongkahan – bongkahan tanah hasil pembajakan, mencacah dan mematikan tunggul maupun tunas tanaman tebu. Penggaruan dilakukan pada seluruh areal bajakan dan menyilang dengan arah bajakan. Traktor yang digunakan adalah traktor 120 HP dan alat Baldan Harrow dengan kapasitas kerja 1,15 Ha/jam.
c.       Pengumpulan Akar
Pengumpulan akar merupakan kegiatan pengumpulan sisa – sisa kayu yang terangkat akibat pembajakan I, II dan pembuatan alur tanam, dilaksanakan secara manual oleh tenaga kerja borongan. Akar maupun sisa – sisa kayu dikumpulkan dan ditumpuk dengan jarak 10 – 15 meter kemudian dibersihkan dari areal tersebut.
d.      Pembuatan Alur Tanam
Pembuatan alur tanam merupakan kegiatan untuk mempersiapkan tempat bibit tanaman tebu. Alur tanam dibuat menggunakan Wing Ridger dengan kedalaman lebih dari 30 cm dan jarak dari pusat ke pusat adalah 1,30 meter.
Pembuatan alur tanam dilaksanakan setelah pemancangan ajir. Traktor berjalan mengikuti arah ajir sehingga alur tanam dapat lurus atau melengkung mengikuti arah kontur. Arah kairan harus sedikit menyilang dengan kemiringan tanah, memudahkan drainase petak dan memudahkan pada pelaksanaan transportasi tebu. Pada daerah miring, arah kairan ditentukan sesuai dengan arah kemiringan petak (kemiringan 2%), sedangkan pada lahan dengan kemiringan lebih dari 5% dibuat teras bangku (Contour Bank). Kapasitas kerja adalah sekitar 1 ha/jam.

F.     Penanaman Tanaman Tebu (Saccharum officinarum)
Pada saat penanaman tebu, kondisi tanah yang dikehendaki lembab tapi tidak terlalu basah dan cuaca cerah. Untuk saat ini tanam tebu lahan kering yang paling tepat adalah masa pancaroba yakni akhir musim kemarau sampai awal musim hujan atau sebaliknya. Menurut Tonny Kuntohartono dkk. (1976). Untuk daerah kering (tipe iklim C dan D Schimdt-Fergusson) saat tanam adalah antara pertengahan Oktober-Desember, sedang pada daerah basah (tipe iklim B) adalah awal musim kemarau.
Pada daerah dengan musim kemarau panjang (daerah kering) tebu ditanam sebagai bibit stek mata tiga dengan jumlah 8-9 mata tunas per meter juringan (15.000-20.000 stek per hektar) atau pada prinsipnya mengarah pada jumlah mata tumbuh 40.000-45.000 per hektar. Stek tebu diletakkan pada dasar juringan dengan jarak tanam 1,25-1,35 m. Pada daerah dengan musim kemarau pendek, digunakan stek 3 mata ditanam, bersentuh ujung (end to end) atau tumpang tindih (overlapped 20 percent) pada dasar juringan yang dangkal. Pada keadaan yang mendesak dan kekurangan tenaga dapat dipakai tebu lonjoran dengan 5-6 mata, dipotong menjadi dua.
Untuk menghindari penyulaman yang membutuhkan biaya besar, kebutuhan bibit yang akan ditanam adalah 11 mata tumbuh per meter juringan. Bibit ditanam dengan posisi mata disamping dan disusun secara end to end (nguntu walang). Cara penanaman ini bervariasi menurut kondisi lahan dan ketersediaan bibit, perlu diketahui, pada umumnya kebutuhan air pada lahan kering tergantung pada turunnya hujan sehingga kemungkinan tunas mati akan besar. Oleh karena itu, dengan over lapping atau double row, tunas yang hidup disebelahnya diharapkan dapat menggantikannya.

G.    Pemeliharaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum)
Pemeliharaan tanaman tebu dilahan kering hampir sama macamnya dengan tebu lahan sawah yaitu terdiri dari penyulaman, pemberian tanah, klentek, pemupukan, pemeliharaan saluran drainase dan penyiangan gulma. Pemeliharaan saluran drainase terutama perlu dilakukan selama musim hujan untuk menjaga kelancaran pengeluaran air yang berlebih.

§ Penyulaman
Penyulaman merupakan kegiatan penanaman untuk menggantikan bibit tebu yang tidak tumbuh, baik pada tanaman baru ataupun tanaman keprasan agar diperoleh populasi tebu yang optimal. Pelaksanaan penyulaman untuk bibit bagal dilakukan 2 minggu dan 4 minggu setelah tanam, sedangkan untuk bibit rayungan dilakukan 2 minggu setelah tanam.
Penyulaman dilaksanakan pada baris bagal 2 – 3 mata sebanyak dua potong dan diletakkan pada baris tanaman yang telah dilubangi sebelumnya. Apabila penyulaman tersebut gagal, penyulaman ulang harus segera dilaksanakan.
§ Pengendalian Gulma
Pada lahan kering gulma lebih beragam dan lebih berbahaya. Gulma – gulma dominan yang menjadi pesaing kuat yang berakibat merugikan terdiri atas gulma daun lebar dan merambat, gulma daun sempit dan teki-tekian. Gulma daun lebar dan merambat terdiri atas Cleome ginandra, Emilia sonchifolia, Boreria alata, Amaranthus dubius, Spigelia anthelmia, Commelina elegans, Mikania micrantha dan Momordica charantia. Gulma daun sempit tediri atas Digitaria ciliaris, Echinochloa colonum, Eleusine indica, Dactylocta aegyptium dan Brachiaria distachya sedangkan gulma golongan teki adalah Cyperus rotundus.
Dalam pelaksanaannya, pengendalian gulma dibagi menjadi pengendalian secara kimia, mekanis dan manual. Untuk sistem reynoso, pengendalian lebih dominan dilakukan secara manual. Sementara itu di lahan kering lebih umum pengendalian gulma secara kimia yang dibedakan menjadi tiga yaitu pre emergence (pra tumbuh), late pre emergence (awal tumbuh) dan post emergence (setelah tumbuh). Adapun jenis herbisida dan dosis yang digunakan untuk penegendalian gulma
Pengendalian gulma pra tumbuh (pre emergence) adalah pengendalian gulma yang dilakukan pada saat gulma dan tanaman tebu belum tumbuh. Dilaksanakan pada 3 – 5 hari setelah tanam. Aplikasi herbisida dilaksanakan dengan menggunakan Boom Sprayer yang mempunyai lebar kerja 12 meter (8 baris) yang ditarik oleh traktor kecil 80 HP. Kecepatan kerja sekitar 1,52 km/jam.
Late pre emergence adalah pengendalian gulma yang dilakukan pada saat gulma sudah tumbuh dengan 2 – 3 daun dan tanaman tebu sudah berkecambah. Late pre emergence dilaksanakan karena terjadi keterlambatan aplikasi pre emergence, sedangkan post emergence dilaksanakan pada saat gulma sudah tumbuh dan biasanya dilaksanakan 1 – 2 kali. Post emergence diaplikasikan secara manual dengan hand sprayer/knapsack sprayer.
Pengendalian gulma secara mekanis dilakukan dengan menggunakan Tyne Cultivator dan Terra Tyne. Dilaksanakan pada saat pengemburan tanah. Pengendalian tersebut dilaksanakan pada saat tanaman berumur 45 hari setelah tanam.
Pengendalian gulma secara manual dilaksanakan oleh tenaga kerja dengan mempergunakan peralatan sederhana, dilaksanakan pada saat kondisi tanaman tebu masih dalam stadia peka terhadap herbisida, gulma didominasi oleh gulma merambat, populasi gulma hanya spot – spot, ketersediaan tenaga kerja yang cukup dan herbisida yang tidak tersedia di pasaran. Kapasitas kerja pengendalian gulma berbeda tergantung pada pengendalian gulma yang dilakukan.
Penyiangan gulma dikerjakan secara manual tiga kali yakni pada umur 1,2 dan 3 bulan setelah tebu ditanam. Penggunaan herbisida sebagai pengganti tenaga penyiang yang mulai sulit diperoleh, adalah dengan penyemprotan campuran-campuran herbisida emetryne + 2,4 D diuron + 2,4 D atau atrazine + 2,4 D.
§ Pembumbunan dan penggemburan
Pembumbunan bertujuan untuk menutup tanaman dan menguatkan batang sehingga pertumbuhan anakan dan pertumbuhan batang lebih kokoh. Di lahan sawah pembumbunan dilakukan tiga kali selama umur tanaman. Pelaksanaan pembumbunan dilakukan secara manual atau dengan semi mekanis.
Di lahan kering pembumbunan sekaligus dilakukan dengan penggemburan yang merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengendalikan gulma, menggemburkan dan meratakan tanah, memutuskan perakaran tebu khususnya tanaman tebu ratoon dan membantu aerasi pada daerah perakaran. Apabila drainase tanahnya jelek pemberian tanah untuk tebu lahan kering hanya dilakukan dua kali yaitu sebelum pemupukan kedua pada umur 1-1,5 bulan dan pada umur 2,5-3 bulan, atau dapat dilakukan sekali pada umur 2-3 bulan.
Penggemburan pada tanaman diperlukan peralatan terutama untuk mengendalikan gulma. Alat yang digunakan adalah Tyne Cultivator. Penggemburan dilaksanakan pada tanaman berumur 45 hari setelah tanam (sebelum pemupukan II) dengan kedalaman 20 cm dan hanya dilakukan satu kali dalam satu musim tanam.
Untuk tanaman ratoon diperlukan alat yang bisa membantu menggemburkan tanah dan mengendalikan gulma. Aplikasi dilaksanakan dua kali dalam satu musim tanam. Alat yang digunakan untuk aplikasi pertama adalah Terra Tyne dan yang kedua adalah Sub Tiller yang dilaksanakan setelah pemupukan II. Dengan Terra Tyne, kedalaman olah minimal 20 cm sedangkan dengan Sub Tiller kedalaman minimal 40 cm.
§ Klentek
Klentek adalah suatu kegiatan membuang daun tua pada tanaman tebu yangdilakukan secara manual. Tujuan klentek adalah untuk merangsang pertumbuhan batang, memperkeras kulit batang, mencegah tebu roboh, dan mencegah kebakaran. Kegiatan ini umum dilakukan pada sistem reynoso di Jawa. Untuk tebu lahan kering tidak dilakukan klentek. Untuk itu dalam salah satu seleksi varietas dicari yang daun keringnya lepas jika terkena angin. Sebagai konsekuensinya tebu lahan kering harus dibakar jika akan ditebang. Hal ini juga menjadi kriteria varietas tebu lahan kering, yaitu tahan bakar.
Klentek hanya dilakukan satu kali pada akhir musim hujan atau sekitar (2-3) bulan sebelum tebang.
§ Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit pada budidaya tanaman tebu bertujuan untuk mencegah semakin meluasnya serangan hama /penyakit pada areal perkebunan tebu. Hal ini sangat berkaitan erat dengan salah satu upaya peningkatan produktivitas tebu. Beberapa hama yang umum menyerang antara lain: hama penggerek pucuk tebu (Triporyza vinella F), penggerek batang tebu (Chilo oirocilius dan Chilo sachariphagus), dan uret (Lepidieta stigma F).
Hama penggerek pucuk tebu (Triporyza vinella F) gejala; adanya lorong gerekan pada ibu tulang daun, lorong gerekan yang lurus di bagian tengah pucuk tanaman sampai ruas muda di bawah titik tumbuh, titik tumbuh mati, daun muda menggulung dan mati. Setiap batang berisi satu ekor penggerek. Pencegahan; menggunakan bibit bebas penggerek, menanam varietas tahan, menjaga kebersihan dari tanaman glagah, pergiliran tanaman dengan padi/palawija. Pengendalian secara biologis dilakukan dengan pelepasan Trichogama sp. Dalam bentuk telur yang disebut pias. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan pemberian 20 butir granular Furadan 3G/tanaman, aplikasi Furadan 3G pada tanah 25 kg/ha.
Penggerek batang tebu (Chilo supresalis dan Chilo sachariphagus) gejala bercak – bercak putih bekas gerekan pada daun kulit luar tidak tembus, lorong gerekan pada bagian dalam pelepah, lorong gerekan pada ruas-ruas, titik tumbuh mati sehingga daun muda layu dan mati. Satu batang biasanya lebih dari satu penggerek.
Untuk menghindari hama penggerek batang, harus dilakukan upaya-upaya pencegahan dan pengendalian, dengan cara;
Pencegahan: memilih bibit yang bebas penggerek, menanam varietas tahan, menjaga kebersihan kebun, dan pergiliran tanaman.
Pengendalian: pelepasan Trichogama sp. Sebanyak 12.000 – 40.000 ekor/ha, pelepasan Diatraephaga strintalis townsend (Lalat Jatiroto) sebanyak 30 – 60 ekor/ha, penyemprotan Thiodan 35 EC 3 ltr/ha atau Asodrin 15 WSC 5 ltr/ha.
Jenis penggerek batang untuk tanaman tebu, diantarnya adalah : Uret (Lepidieta stigma f) dengan gejala; tanaman layu, daun kering kemudian mati, bagian pangkal batang terdapat luka-luka bekas digerek dan disekitar perakaran terdapat uret. Untuk pencegahan dan pengendaliannya dengan cara; Pencegahan: pergiliran tanaman tebu dengan padi, dan palawija. Pengendalian: penangkapan uret dan kepik, penaburan insektisida Suscon blue 140 G 28 kg/ha.
Hama lain yang umumnya ada yaitu: kutu putih, tikus, ulat grayak, tetapi serangannya relatif kecil sekali sehingga pengendaliannya cukup dengan sanitasi kebun. Beberapa wilayah pabrik gula dalam pengendaliannya masih mengutamakan dengan sanitasi lingkungan, musuh alami, dan menggunakan varietas tahan terhadap semua hama, sedangkan penggunaan bahan kimia jarang dilakukan karena tingkat serangannya rata – rata masih dibawah 5%.
Beberapa macam penyakit yang biasa menyerang di wilayah pabrik gula antara lain penyakit luka api, penyakit pokah bung, penyakit mozaik, penyakit noda kuning, tetapi yang mendapat perhatian adalah penyakit Ratoon Stunting Desease (RSD) yang disebabkan oleh virus. Gejalanya adalah batang tebu menjadi sedikit lebih pendek dan lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang sehat, bila tanaman tebu dibelah terlihat berwarna jingga atau merah muda pada bagian bawah buku. Pengendaliannya dapat menggunakan varietas tahan, alat pemotong dengan deinfektan Lisol 10% atau dengan perlakuan air panas pada bibit dengan suhu air 500 C selama 2 – 3 jam. Serangan penyakit yang selama ini menyerang ternyata masih dibawah 5%, sehingga tindakan yang banyak dilakukan adalah dengan sanitasi kebun dan menggunakan varietas tahan.
§ Pemupukan
Sebagaimana pada lahan sawah, pemupukan bagi tanaman tebu di lahan kering tidak diberikan sekaligus tetapi bertahap disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan untuk mencegah kehilangan pupuk. Dosis umum disesuaikan dengan kondisi tanah setempat. Pedoman umum dari P3GI (1988): untuk tanaman pertama, pupuk pertama yang terdiri dari ZA dan TSP (untuk daerah dengan musim kemarau panjang) atau ZA+TSP+KCl (untuk daerah dengan musim kemarau pendek), diberikan sesaat sebelum tanam, ditaburkan pada dasar juringan. Sedangkan pupuk yang kedua terdiri dari ZA dan KCl diberikan pada umur 1,5-2 bulan dengan cara ditaburkan dalam larikan kemudian ditutup dengan pemberian tanah pertama. Pada tanaman keprasan, pupuk pertama dan kedua diberikan dalam paliran yang letaknya saling berlawanan, sedalam 5-10 cm dan berjarak ± 10 cm dari barisan tanaman yang kemudian ditutup dengan tanah.
Dosis pupuk yang dianjurkan untuk tebu lahan kering tanaman pertama (TRIT I) adalah 8 ku ZA, 2 ku SP36 dan 3 ku KCl tiap hektar dengan aplikasi 2 kali. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanam sebagai pupuk dasar dengan 1/3 dosis ZA dan seluruh SP 36 dan KCl. Pemupukan 2 dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 1,5 bulan yaitu pada awal musim hujan dengan 2/3 dosis ZA.
Untuk tebu keprasan, disamping pemeliharaan sebagaimana pada tanaman pertama, dilakukan pola pengaturan klaras dan sub-soiling. Pengaturan klaras (off baring) di antara barisan tanaman tebu dilakukan untuk mencegah melebarnya rumpun tebu keprasan agar penebangan dengan mesin tebang tidak mengalami kesulitan. Sedangkan sub-soiling ditujukan untuk menggemburkan tanah diantara barisan tanaman tebu yang biasanya mengalami pemadatan oleh roda traktor dan trailer yang digunakan pada penebangan dan pengangkutan. Di daerah-daerah tebu tegalan di Jawa, kedua pekerjaan tersebut tidak dilakukan.
Aplikasi pupuk dilakukan dengan mengalurkan ditepi tanaman kemudian ditutup dengan tanah. Pengaplikasian pupuk dengan bantuan traktor tangan sudah dikembangkan terutama untuk pembukaan dan penutupan alur sekaligus pembumbunan. Alat yang dipakai adalah chissel plow ditarik dengan traktor tangan.












DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 2010. Budidaya Tebu (online). http://epetani.deptan.go.id/berita/budidaya-tebu-7825. Pada Tanggal 1 November 2013.

Anonimus, 2013. Budidaya Tanaman Tebu Dan Cara menanam tebu (Online). http://bestbudi dayatanaman.blogspot.com/2013/01/budidaya-tebu-dan-cara-menanam-tebu.html. Pada Tanggal 1 November 2013.


CONTOH KATA PENGANTAR SKRIPSI UISU

RINGKASAN
(ANDRIANSYAH SIREGAR, 2015) PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK ENCENG GONDOK (Eichornia crussipes) dan SISTEM OLAH TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN dan PRODUKSI TANAMAN KACANG KEDELAI (Glycine max (L.) . Merrill).
            Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa Fakultas Pertanian UISU, yang bertempat di Jalan Karya Wisata Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor, Kota Madya, Medan. Ketinggian tempat ± 25 Meter di atas permukaan laut dengan topografi datar. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei 2015 sampai bulan Agustus 2015. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Rahmi Dwi Handayani Rambe . SP, MP (Ketua) dan Ibu Hj, Syamsafitri, SP. MP (Anggota).
            Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik enceng gondok dan sistem olah tanah terhadap pertumbuhan tanaman kacang kedelai.
            Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari dua faktor dan diulang sebanyak tiga kali. Faktor pertama yaitu pupuk organik enceng gondok (K) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu : K0 = 0 kg/plot (Kontrol); K1 = 1,5 kg/plot ; K2 = 3 kg/plot ; K3 = 4,5 kg/plot . Faktor kedua yaitu sistem olah tanah (S) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu : S0 = Tanpa Olah Tanah (Kontrol); K1 = 10 cm ( Olah tanah dengan ketinggian 10 cm)  ; K2 = 20 cm ( Olah tanah dengan ketinggian 20 cm) ; K3 = 30 cm ( Olah tanah dengan ketinggian 30 cm ).          
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk organik enceng gondok berpengaruh sangat nyata terhadap cabang produktif, umur berbunga,dan umur panen, serta berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, berat 100 biji akan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap berat produksi per plot, jumlah daun, dan jumlah polong per tanaman pada tanaman kacang kedelai.
            Sistem olah tanah memberikan pengaruh sangat nyata terhadap semua parameter yaitu : tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga, jumlah cabang produktif, umur panen, Jumlah polong per tanaman, berat produksi per plot, dan berat  100 bij.
            Perlakuan interaksi pemberian pupuk organik enceng gondok dan system olah tanah memberikan pengaruh sangat nyata terhadap umur berbunga, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang produktif, umur panen, Jumlah polong per tanaman, berat produksi per plot, dan berat  100 bij.



KATA PENGANTAR
 



Puji dan syukur Alhamdulillah penulis tujukan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah dan inayah-Nya usulan penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Usulan penelitian ini yang berjudul : Pengaruh Dosis Pupuk Cair dan Metode Hidroponik Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L)
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat melaksanakan penelitian di Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
1.      Ayahanda dan Ibunda tercinta beserta keluarga yang telah banyak membantu dalam material dan spiritual dan selalu memberikan doa, dukungan serta motivasi.
2.      Bapak Ir. Aldywaridha., MP selaku Ketua Komisi Pembimbing yang selalu memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan proposal penelitian ini.
3.      Bapak Indra Gunawan, SP.MP selaku Anggota Komisi Pembimbing yang juga memberikan masukan-masukan dan saran serta motivasi dalam pembuatan proposal penelitian ini.
4.      Bapak Dian Hendrawan SP.MM selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara Medan.
5.      Bapak Ir. Arif Anwar, MM selaku Ketua Program Studi Agroteknologi Universitas Islam Sumatera Utara Medan
6.      Ibu Rahmi Dwi Handayani Rambe, SP.,MP selaku sekretaris Program Studi Agroteknologi.
7.      Seluruh staf dan pegawai Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara.
8.      Seluruh rekan-rekan Mahasiswa/i seangkatan di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian UISU Medan, yang telah memberikan motivasi bagi penulis.
Akhirnya, ucapan terima kasih yang tak terhingga untuk rekan – rekan penulis yang telah membantu dalam penelitian penulis di lapangan diantaranya Andriansyah Siregar, T.M Fauzan Djafar, Dede Kurniawan, Dimas Wahyudi, Risna Maya Sari, Sri Juliana Syafitri, Win Themas Mico Syahputra, Rudi Kurniawan, Ade Ayu Salwani, Endang Ayu Ramadhani, Dedi M Rifai, Alistar Spayrest dan Fitri Rafika Sari sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan semoga skripsi ini bermanfaat nantinya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penelitian ini.
Kepada Allah SWT penulis mohon ampun, Taufiq dan HidayaNya, semoga usaha ini senantiasa dalam keridlaanNya. Amin.
                                                                                                                 
                                                                                 Medan,      Oktober 2015 


                                                                                                      Penulis
RIWAYAT HIDUP
I.            IDENTITAS PRIBADI
Nama                                                :    Nanda Satria
Tempat/Tanggal Lahir                      :    Aek Nabara, 17 Agustus 1992
Agama                                              :    Islam
Anak ke                                            :    1 dari 4 Bersaudara
Alamat                                             :    Jln. Garu IV No. 116 A Medan

II.            ORANG TUA
Nama Bapak                                    :    Poniman
Pekerjaan                                          :    Wiraswasta
Nama Ibu                                         :    Warsini
Pekerjaan                                          :    Ibu Rumah Tangga
Alamat                                             :    Dsn. II Sidorukun, Aek Nabara

III.            RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 1999 – 2005                          :    SD Negeri No. 115531 Aek Nabara Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhan Batu (Lulus dan Berijazah)
Tahun 2005 – 2008                          :    MTS. Al – Ittihad Aek Nabara Kabupaten Labuhan Batu (Lulus dan Berijazah)
Tahun 2008 – 2011                          :    SMK Raudlatul Uluum 1 Aek Nabara Kabupaten Labuhan Batu (Lulus dan Berijazah)



DAFTAR ISI
RINGKASAN ....................................................................................          i
KATA PENGANTAR ......................................................................          iii
RIWAYAT HIDUP ...........................................................................          v
DAFTAR ISI ......................................................................................          vi
DAFTAR TABEL .............................................................................          x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................          xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................          xiii
PENDAHULUAN .............................................................................          1
      Latar Belakang ...............................................................................          1
      Tujuan Penelitian ...........................................................................          4
      Hipotesis Penelitian .......................................................................          4
      Kegunaan Penelitian ......................................................................          4
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................          5
      Sistematika Tanaman Sawi ............................................................          5
      Morfologi Tanaman Sawi ..............................................................          5
            .................................................................................................. Akar                         5
            .................................................................................................. Batang                      6
            .................................................................................................. Daun                        6
            .................................................................................................. Bunga                       6
            .................................................................................................. Buah                         7
      Syarat Tumbuh Tanaman Sawi ......................................................          7
            .................................................................................................. Iklim                         7
            .................................................................................................. Curah Hujan                         8
            .................................................................................................. Suhu                         8
            .................................................................................................. Kelembaban Udara              8
            .................................................................................................. Sinar Matahari                      9
            .................................................................................................. Tanah                       9
      Peran Larutan Nutrisi Pada Hidroponik ........................................          9
      Hidroponik .....................................................................................          11
       Sistem Sumbu ...............................................................................          12
      Sistem Rakit Apung........................................................................          13
BAHAN DAN METODE PENELITIAN .......................................          15
      Tempat dan Waktu ........................................................................          15
      Bahan dan Alat ..............................................................................          15
      Metode Penelitian ..........................................................................          15
      Analisa Penelitian ..........................................................................          17
PELAKSANAAN PENELITIAN ...................................................          18
      Persiapan Persemaian .....................................................................          18
      Pemilihan/Seleksi Benih .................................................................          18
      Perlakuan Benih (Seed Treatment) .................................................          19
      Persemaian .....................................................................................          19
      Persiapan Baki Percobaan ..............................................................          19
      Pembuatan Larutan Nutrisi ............................................................          20
      Pengadukan Larutan Nutrisi ..........................................................          21
      Aplikasi dan Cara Pemberian Nutrisi .............................................          21
      Pergantian Larutan Nutrisi .............................................................          21
      Penetapan Tanaman Sampel ..........................................................          21
      Pemeliharaan ..................................................................................          22
            .................................................................................................. Penyiraman              22
            .................................................................................................. Pengukuran pH Larutan Nutrisi       .................................................................................................. 22
            .................................................................................................. Pengendalian Hama Penyakit       .................................................................................................. 22
            .................................................................................................. Pemanenan               22
      Parameter Pengamatan ...................................................................          22
            .................................................................................................. Tinggi Tanaman (cm)                 23
            .................................................................................................. Jumlah Daun (cm)                23
            .................................................................................................. Luas Daun (cm)                   23
            .................................................................................................. Jumlah Klorofil Daun (Butir/6 mm2) ...............................................................................................          23
            .................................................................................................. Panjang Akar (cm)               24
            .................................................................................................. Diameter Bonggol (cm)             24
            .................................................................................................. Indeks Panen (Harvest Index)       .................................................................................................. 24
HASIL PENELITIAN ......................................................................          25
            Tinggi Tanaman (cm) ...............................................................          25
            Jumlah Daun (helai) .................................................................          28
      Luas Daun (cm) .............................................................................          30
      Jumlah Klorofil Daun (butir/6mm2) ...............................................          34
      Panjang Akar (cm) .........................................................................          37
      Diameter Bonggol (cm) .................................................................          41
      Indeks Panen (%) ...........................................................................          43
PEMBAHASAN ................................................................................          47
      ........................................................................................................ Pengaruh Dosis Pupuk Cair Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi .........................................          47
      Pengaruh Metode Hidroponik Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi               49
      Pengaruh Interaksi Dosis Pupuk Cair dan Metode Hidroponik Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi ...............................................................................................          51
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................          53
      Kesimpulan ....................................................................................          53
      Saran ..............................................................................................          54
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................          55



DAFTAR TABEL
No.                                                                                                                  Teks    Halaman
1.      Rataan Tinggi Tanaman Sawi (cm) pada Perlakuan Dosis Pupuk Cair dan Sistem Hidroponik pada Umur 4 MST                                       ............................................ 25

2.      Rataan Jumlah Daun Tanaman Sawi (helai) pada Perlakuan
      Dosis Pupuk Cair dan Sistem Hidroponik pada Umur 4 MST ......          29

3.      Rataan Luas Daun Tanaman Sawi (cm) pada Perlakuan Dosis Pupuk Cair dan Sistem Hidroponik pada Umur 4 MST                              ............................................ 31

4.      Rataan Jumlah Klorofil Tanaman Sawi (butir/6mm2) pada Perlakuan Dosis Pupuk Cair dan Sistem Hidroponik pada Umur 4 MST ......................................................          35       

5.      Rataan Panjang Akar Tanaman Sawi (cm) pada Perlakuan Dosis Pupuk Cair dan Sistem Hidroponik pada Umur 4 MST                              ............................................ 38

6.      Rataan Diameter Bonggol Tanaman Sawi (cm) pada Perlakuan Dosis Pupuk Cair dan Sistem Hidroponik pada Umur 4 MST           ............................................ 41

7.      Rataan Indeks Panen Tanaman Sawi (%) pada Perlakuan Dosis Pupuk Cair dan Sistem Hidroponik pada Umur 4 MST                              ............................................ 43



DAFTAR GAMBAR
No.                                                                                                           Teks           Halaman
1.      Hidroponik Sistem Sumbu .............................................................          12

2.      Hidroponik Sistem Rakit Apung ...................................................          13

3.      Aerator ...........................................................................................          14

4.      Tray Semai, Rockwool, dan Handsprayer .....................................          18

5.      Nutrisi Hidroponik .........................................................................          19

6.      Hubungan Tinggi Tanaman Sawi (cm) dengan Pemberian Dosis Pupuk Cair (ml/baki)               26

7.      Hubungan Tinggi Tanaman sawi (cm) dengan Sistem Hidroponik                      27

8.      Hubungan Tinggi Tanaman Sawi (cm) dengan Interaksi Dosis Pupuk Cair dan Metode Hidroponik ........................................................................................................          27

9.      Hubungan Jumlah Daun Tanaman Sawi (helai) dengan Pemberian Dosis Pupuk Cair (ml/baki) ........................................................................................................          30

10.  Hubungan Luas Daun Tanaman Sawi (cm) dengan Pemberian Dosis Pupuk Cair (ml/baki)       ........................................................................................................ 32

11.  Hubungan Luas Daun Tanaman sawi (cm) dengan Sistem Hidroponik               32

12.  Hubungan Luas Daun Tanaman Sawi (cm) dengan Interaksi Dosis Pupuk Cair dan Metode Hidroponik......................................................................................          33

13.  Hubungan Jumlah Klorofil Tanaman Sawi (Butir/6mm2) dengan Pemberian Dosis Pupuk Cair (ml/baki) .........................................................................................          36

14.  Hubungan Jumlah Klorofil Tanaman Sawi (Butir/6mm2) dengan Interaksi Dosis Pupuk Cair dan Metode Hidroponik .......................................................................          36

15.  Hubungan Panjang Akar Tanaman Sawi (cm) dengan Pemberian Dosis Pupuk Cair (ml/baki)   ........................................................................................................ 39

16.  Hubungan Panjang Akar Tanaman sawi (cm) dengan Sistem Hidroponik                       40

17.  Hubungan Panjang Akar Tanaman Sawi (cm) dengan Interaksi Dosis Pupuk Cair dan Metode Hidroponik .....................................................................................          40

18.  Hubungan Diameter Bonggol Tanaman Sawi (cm) dengan Pemberian Dosis Pupuk Cair (ml/baki) ........................................................................................................          42

19.  Hubungan Indeks Panen Tanaman Sawi (%) dengan Pemberian Dosis Pupuk Cair (ml/baki)     ........................................................................................................ 44

20.  Hubungan Indeks Panen Tanaman sawi (%) dengan Sistem Hidroponik                        45

21.  Hubungan Indeks Panen Tanaman Sawi (%) dengan Interaksi Dosis Pupuk Cair dan Metode Hidroponik .....................................................................................          46



DAFTAR LAMPIRAN
No.                                                                                                                  Teks    Halaman
1.      Rangkuman Uji Beda Rataan Pengaruh Dosis Pupuk Cair dan Metode Hidroponik Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) ........................          58

2.      Deskripsi Sawi Varietas Tosakan ...................................................          59

3.      Bagan Area Percobaan ...................................................................          60

4.      Kandungan Nutrisi Hidroponik .....................................................          61

5.      Gambar Pelaksanaan Penelitian .....................................................          64

6.      Rataan Tinggi Tanaman Sawi (cm) pada Umur 1 MST .................          65

7.      Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Sawi (cm) pada Umur 1 MST                 65

8.      Rataan Tinggi Tanaman sawi (cm) pada Umur 2 MST ..................          66

9.      Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Sawi (cm) pada Umur 2 MST                 66

10.  Rataan Tinggi Tanaman sawi (cm) pada Umur 3 MST ..................          67

11.  Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Sawi (cm) pada Umur 3 MST                 67

12.  Rataan Tinggi Tanaman sawi (cm) pada Umur 4 MST ..................          68

13.  Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Sawi (cm) pada Umur 4 MST                 68

14.  Rataan Jumlah Daun Sawi (Helai) pada Umur 1 MST ..................          70

15.  Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun  Sawi pada Umur 1 MST ......          70

16.  Rataan Jumlah Daun Sawi (Helai) pada Umur 2 MST ..................          71

17.  Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun  Sawi pada Umur 2 MST ......          71

18.  Rataan Jumlah Daun Sawi (Helai) pada Umur 3 MST ..................          72

19.  Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun  Sawi pada Umur 3 MST ......          72

20.  Rataan Jumlah Daun Sawi (Helai) pada Umur 4 MST ..................          73

21.  Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun  Sawi pada Umur 4 MST ......          73

22.  Rataan Luas Daun Sawi (cm) pada Umur 1 MST .........................          75

23.  Analisis Sidik Ragam Luas Daun Sawi pada Umur 1 MST ..........          75

24.  Rataan Luas Daun Sawi (cm) pada Umur 2 MST .........................          76

25.  Analisis Sidik Ragam Luas Daun Sawi pada Umur 2 MST ..........          76

26.  Rataan Luas Daun Sawi (cm) pada Umur 3 MST .........................          77

27.  Analisis Sidik Ragam Luas Daun Sawi pada Umur 3 MST ..........          77

28.  Rataan Luas Daun Sawi (cm) pada Umur 4 MST .........................          78

29.  Analisis Sidik Ragam Luas Daun Sawi pada Umur 4 MST ..........          78

30.  Rataan Jumlah Klorofil Sawi (butir/6mm2) pada Umur 1 MST .....          80

31.  Analisis Sidik Ragam Jumlah Klorofil pada Umur 1 MST ............          80

32.  Rataan Jumlah Klorofil Sawi (butir/6mm2) pada Umur 2 MST .....          81

33.  Analisis Sidik Ragam Jumlah Klorofil pada Umur 2 MST ............          81

34.  Rataan Jumlah Klorofil Sawi (butir/6mm2) pada Umur 3 MST .....          82

35.  Analisis Sidik Ragam Jumlah Klorofil pada Umur 3 MST ............          82

36.  Rataan Jumlah Klorofil Sawi (butir/6mm2) pada Umur 4 MST .....          83

37.  Analisis Sidik Ragam Jumlah Klorofil pada Umur 4 MST ............          83

38.  Rataan Panjang Akar Sawi (cm) ....................................................          85

39.  Analisis Sidik Ragam Panjang Akar Sawi .....................................          85

40.  Rataan Diameter Bonggol Sawi (cm) ............................................          87

41.  Analisis Sidik Ragam Diameter Bonggol Sawi .............................          87

42.  Rataan Indeks Panen Sawi (%) .....................................................          89

43.  Analisis Sidik Ragam Indeks Panen ..............................................          89


44.   Analisis Profit ...............................................................................          90

MAKALAH TEBU 2017

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang             Tanaman tebu (Saccharum officinarum L) adalah satu anggota familia rumput-rumputan (Gra...